Friday 24 June 2022

Kami Writerpreneur! Berdaya dan Berkarya Bersama Komunitas Perempuan Ibu-ibu Doyan Nulis: Hati Riang, Cuan pun Datang

  

komunitas penulis

Di tengah padatnya aktivitas, seorang ibu tetap butuh ruang atau wadah untuk menyalurkan hobi sehingga eksistensinya diakui. Yaps, pandangan remeh tentang ibu rumah tangga masih kerap terdengar.

Apa sih, enaknya jadi ibu rumah tangga? Kerjanya hanya bersih-bersih, masak, nyuci, berbenah rumah, capek, enggak dapat gaji pula! Duh, pendapatmu sungguh menyayat hatiku, Esmeralda! Masih ada saja yang curcol kayak gini. Meski ngerumpinya di tukang sayur sambil pilih cabe, bawang, tempe *eh.

Mengenal Writerpreneur, Ber-cuan dari Rumah Bersama Komunitas Perempuan Melalui Aktivitas Menulis

Istilah writerpreneur sebetulnya merupakan gabungan dari dua kata yaitu “writer” dan “entrepreneur  yang mempunyai arti kurang lebih wirausaha dalam bidang tulis menulis atau lebih sederhana bisa dikatakan membisniskan tulisan. Kedengaran asyik, ya? Menjadi penulis merupakan salah satu jalan bagi ibu yang ingin eksis dengan berkarya. 

Yuk, kenalan sama writerpreneur!

Penulis merupakan pekerjaan yang fleksibel dan menurut saya sangat cocok untuk para ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan menulis dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Menulis juga mampu memacu kreativitas juga produktivitas.

Tentu sebagai seorang ibu dengan tugas rumah seabrek, kita bisa lebih leluasa mengatur waktu menulis dan pekerjaan domestik. Hal terpenting yang patut dijunjung tinggi walau kita bekerja dari rumah adalah tetap profesional, memegang teguh komitmen, dan mempunyai manajamen waktu yang baik.

Jika sudah mampu melakukannya, kita bakal bisa berpenghasilan dari menulis secara rutin. Bahkan kala tidur pun pendapatan tetap mengalir ke pundi-pundi ATM. Emejing, kan?

Tips Menjadi Writerpreneur Sukses dan Ragam Profesi  bagi Para Writerpreneur

Tips menjadi writerpreneur sukses

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa komunitas perempuan dan komunitas penulis bisa menjadi jalan kita merintis karir sebagai writerpreneur. Tampaknya mudah, nyatanya menjadi writerpreneur tak segampang bayangan. Perlu strategi khusus supaya kita bisa terus dipercaya dan meraih lebih banyak pekerjaan penulisan.

1. Update Informasi

Seorang penulis harus senantiasa mengetahui berbagai informasi terkini. Hal ini nantinya bermanfaat ketika kita diharuskan menulis artikel maupun naskah dengan topik yang tengah on atau trending. Selain itu meng-update informasi membuat kita semakin kaya pengetahuan juga kosa kata.

 

2. Memiliki Keterampilan Lain

Mempunyai keterampilan lain menjadi poin plus bagi seorang penulis. Skill yang dimaksud antara lain, mendesain, membuat logo, blogging, hingga mengelola media sosial.

 

3. Disiplin

Kedisiplinan adalah kunci sukses bukan hanya bagi seorang penulis, tetapi juga profesi lainnya. Sewaktu diberi pekerjaan penulisan, misalnya harus menamatkan buku ratusan halaman atau membuat puluhan artikel, tak mungkin kita lakukan tanpa perencanaan. Buatlah jadwal dan target yang harus kita capai setiap harinya. Patuhi jadwal, pastikan disiplin, tidak menunda bahkan mengulur waktu sehingga pekerjaan selesai tepat waktu.

 

4. Sikap Terbuka

Ingin menjadi seorang penulis yang penuh dengan ide cemerlang? Bersikap terbuka adalah jawabannya. Sikap terbuka adalah mau menerima saran, kritik, dan pendapat orang lain, bahkan yang berseberangan dengan kita. Sikap terbuka membuat kita mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dan bijaksana. Dampak positifnya, kita pun lebih kaya pengalaman juga ilmu.

 

5. Konsisten dan Komitmen

Berkomitmen dengan pilihan sebagai writerpreneur harus ditanamkan dalam hati. Dengan komitmen yang kuat apapun rintangan, halangan, maupun tantangan yang ada di depan tidak akan kita hindari. Selanjutnya lakukan aktivitas menulis dengan konsisten.

 

6. Manajemen Waktu Efektif

Seperti yang telah disebut sebelumnya. Penting bagi kita mempunyai manajemen waktu yang efektif. Dengan demikian segalanya bisa berjalan di jalur masing-masing tanpa ada yang lebih dominan atau berat sebelah.

 

7. Semangat Belajar

Ketika kita mempunyai komitmen menjadi writerpreneur, semangat belajar haruslah dijunjung tinggi. Writerpreneur tak hanya harus punya jiwa pantang menyerah dan menyukai hal-hal baru, melainkan juga memiliki semangat belajar yang tinggi.

 

Lantas, apa saja ragam profesi yang cocok bagi para writerpreneur?

 

1. Content Writer

Profesi pertama yang kebanyakan diambil juga oleh teman satu komunitas perempuan yang saya ikuti adalah menjadi content writer. Content writer bertugas menulis artikel untuk media online atau website klien. Penulis artikel online diharapkan juga memiliki kemampuan dalam meriset kata kunci. Apa artinya? Dengan kemampuan riset kata kunci yang baik, maka artikel yang ditulis akan mampu bersaing meraih posisi depan di laman mesin pencari.

 

2. Blogger

Dunia blogging saat ini makin diminati. Kian banyak saja orang yang menjajal untuk membangun blog demi mendapatkan passive income. Tentu saja dibutuhkan ketekunan serta konsistensi yang tinggi hingga kita dapat berpenghasilan dari blog. Website kita sebaiknya tidak hanya berisi artikel-artikel soft selling hasil endorse produk klien, tetapi juga tulisan organik. Keseimbangan konten pesanan dan artikel organik akan membuat posisi blog di mesin pencari semakin  bagus.

 

3. Ghost Writer

Selanjutnya ada profesi ghost writer atau dalam bahasa Indonesia disebut penulis hantu. Jika kita memutuskan berkarir sebagai ghost writer, bersiaplah merelakan karya kita untuk orang lain atau merelakan naskah yang kita tulis diterbitkan atas nama klien. Di sini klien akan memberi kita balas jasa berupa komisi. Jumlahnya relatif, tergantung juga pada jam terbang penulis hatu tersebut. Nominal paling besar berada pada angka ratusan juta.

 

4. Copy Writer

Untuk memenuhi keperluan promosi suatu produk di media sosial, perusahaan membutuhkan tulisan yang mampu menarik minat orang untuk membeli. Copy writer bisa membuat artikel hard selling maupun soft selling tergantung request klien.

 

5. Penulis Buku

Kendati memerlukan waktu cukup lama menunggu buku terbit dan menerima royalti, tetap banyak penulis yang setia mengirim naskahnya ke penerbit berharap dapat ACC dan diterbitkan. Royalti buku berkisar antara 3-10 persen. Lain dengan beberapa profesi writerpreneur yang telah disebutkan, penulis buku lebih bebas dan tidak terikat waktu kecuali tengah mengerjakan naskah pesanan.

 

Komunitas Penulis Mengantarkanku Menjadi Writerpreneur

 

Buku-buku karyaku ^^

Ibu rumah tangga emang bisa jadi writerpreneur? Bisa banget, dong. Awal karir saya berangkat dari komunitas, lo.  Menjadi penulis amatir dan belajar segalanya dari berbagai komunitas, yes itulah saya hehe.

Dulu banget, saya belum kenal yang namanya training online. Enggak tahu menahu kalau ada training menulis yang diselenggarakan secara daring. Rupanya setelah berkenalan dengan Teh Indari dan komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, saya mulai keranjingan ikut kelas-kelas menulisnya.

Diawali dari kelas menulis artikel dengan mentor Teh Indari langsung. Kelas inilah yang kemudian mengantarkan saya menjadi content writer hingga saat ini. Widih, enak bener! Berarti dapat gaji rutin, ya? Iya, Mak. Pokonya udah kayak orang kantoran aja. Kerja ngadep laptop, ketak ketik jadilah cuan. Jangan tanya nominal gaji berapa, ya. Dapatnya enggak pasti, tergantung banyaknya artikel yang kita kerjakan tiap bulannya.

Sebagian besar teman-teman saya yang juga ibu rumah tangga, mengaku mentok di waktu. Ya, semua orang diberi waktu yang sama yaitu 24 jam, tetapi hasil akhirnya tetap berbeda-beda. Hal ini dikarenakan tidak semuanya mampu memanfaatkan dan mempunyai manajemen waktu yang baik sehingga pekerjaan domestik serta aktivitas menulis tak bisa berjalan selaras. Pengaturan waktu yang kurang optimal membuat semua jadi berantakan.

Inilah tantangan bagi seorang writerpreneur. Banyak kasus di mana seorang ibu tergila-gila menekuni dunia menulis sehingga tak mau tahu lagi urusan rumah tangga. Berkurang rasa kepedulian pada anak-anak dan suami.

Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menulis. Dalil yang digunakannya adalah ucapan orang sukses di mana seseorang akan memperoleh apa yang diinginkan apabila bekerja lebih gigih dibandingkan orang lain. Ini menjadikan sang ibu terlalu berambisi yang malah menghancurkan segalanya.

Konsep writerpreneur sejatinya sederhana. Setidaknya dari berbagai training menulis yang saya ikuti termasuk kelas-kelas dari komunitas penulis Ibu-ibu Doyan Nulis milik Teh Indari Mastuti, saya dapat menyimpulkan bahwa menjadi writerpreneur sukses bukan sebatas berkutat pada aktivitas menulis dan menulis hingga lupa segalanya. Akan tetapi, lebih kepada menyerap ilmu sebanyak mungkin dan action secepat mungkin di saat golden time.

Waktu emas yang dimaksud adalah saat ternyaman kita menulis. Pagi, siang, sore, atau malam, tidak ada patokan (tergantung pribadi masing-masing). Tentu saja menulis dilakukan setelah kewajiban kita selesai.

“Mbak, kalau banyak job dan pekerjaan rumah juga menumpuk gimana, dong?” Saya biasanya meminta bantuan pekerja harian untuk mengurus A-Z pekerjaan domestik selama kurun waktu tertentu (misalnya 3 hingga 5 hari) atau paling sering melempar cucian ke laundry, selebihnya pekerjaan rumah tetap dikerjakan sendiri. Pilih sesuai kebutuhanmu saja, ya.

Berusaha lebih keras tak masalah, tetapi perhatikan kapasitas diri sendiri. Jangan melakukan pekerjaan melampaui kapasitas kita sehingga berdampak negatif terhadap kehidupan rumah tangga, sosial, dan kesehatan.

Komunitas penulis dan bermacam komunitas perempuan yang saya selami termasuk salah satunya adalah Ibu-ibu Doyan Nulis menjadi semacam gerbang terbukanya karir menulis saya. Diawali dari content writer, ghost writer, admin media sosial, hingga kini aktif menulis buku, terasa sangat menyenangkan.

Senang bisa tetap eksis di tengah gempuran tugas sebagai ibu rumah tangga. Apalagi suami dan anak sangat mendukung. Itu menjadi anugerah dan hal termanis bagi saya. So, siapkah kalian menjadi writerpreneur juga?

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment