Sunday 28 February 2016

Kebersamaan dalam Satu Tampah Among-among

Mendengar nama “among-among” aku seperti tersedot ke masa lampau, 19 tahun lalu. Ketika masih kanak-kanak, tradisi tersebut begitu kental di desaku (Desa Candi, Karanganyar, Kebumen). Bahkan hampir setiap minggu ada yang mengadakan tradisi yang telah membudaya itu.

Among-among merupakan salah satu wujud rasa syukur yang dilakukan oleh orang tua pada hari weton atau kelahiran sang anak. Atau pada masa sekarang mirip dengan birthday party. Tentunya among-among berbeda dengan pesta ulang tahun kebanyakan. Tidak ada balon, kue ulang tahun, kado, topi ulang tahun, atau anak-anak dengan pakaian yang indah. Ketika datang ke acara among-among, akan didapati anak-anak dengan baju seadanya, kaos kumal, pakaian bermain, tak ada yang berias indah, bau keringat, makanan yang terhidang dalam tampah (nyiru) besar dengan di bawahnya terdapat baskom yang diisi air serta daun tawa atau dadap.

Hidangan yang tersaji dalam tampah besar pun tidak berisi kue atau jajanan, tetapi nasi putih, kluban (sejenis pecel, namun sayuran dicampur parutan kelapa yang telah dibumbui), sayuran rebus, tempe goreng, kerupuk merah putih yang diremas sampai bentuknya kecil-kecil, ikan asin, sampai dengan telur rebus yang biasanya dibelah jadi beberapa bagian. Anak-anak akan mengelilingi tampah, duduk, dan makan bersama-sama dalam satu tampah. Suasana begitu riuh, penuh tawa dan meriah. Tidak ada rasa jijik maupun permusuhan antara satu dengan anak lain. Semua bergembira dalam selimut among-among.

Aku rindu sekali saat-saat itu. Ketika mendatangi rumah-rumah untuk mengundang ke acara among-among dengan semangat dan antusias, lalu saling berbagi makanan, terkadang suap menyuapi, dan setelah sajian di tampah ludes, kami diperciki air menggunakan daun dadap seraya membaca doa. Dan … satu lagi yang tak bisa kulupakan adalah uang recehan yang dibagikan oleh orang yang punya hajat usai acara among-among. Perut kenyang, dapat bonus uang jajan lagi. Kami akan pulang dengan hati riang dan bibir membentuk huruf u sepanjang perjalanan.

Jika kita pelajari lebih dalam, sebenarnya among-among memiliki banyak makna. Selain sebagai bentuk rasa syukur, dalam tradisi among-among pun terkandung makna keimanan. Di mana anak-anak harus berdoa lebih dahulu sebelum dan sesudah makan. Makna saling berbagi, anak-anak harus mau berbagi makanan yang ada dalam tampah tersebut. Nilai moral untuk tidak serakah, anak-anak tidak boleh menguasai makanan sendiri saja dan harus memikiran teman-teman lainnya. Nilai kepedulian, sebelum acara among-among anak-anak akan berusaha keras mencari teman-teman lainnya sampai ketemu, tak jarang bagi yang tidak ikut/tidak bisa datang akan diantarkan sebungkus nasi among ke rumah anak tersebut. Belajar tentang kesederhanaan, hidangan dalam among-among cukup dengan lauk ditambah sayur sederhana dan biasa dilaksanakan di rumah, tidak perlu menyewa gedung mewah. Belajar tentang kebersamaan, makan dalam satu tampah bersama-sama.

Nilai-nilai positif dalam tradisi among-among yang telah membudaya, tentu sangat membekas di benak anak-anak yang turut serta. Selain itu, hati mereka penuh kegembiraan, riang, tanpa peduli mana musuh dan mana kawan. Semua akan sama dalam among-among. Semua bersaudara, berteman.

Satu yang kupahami. Kebahagiaan tercipta bukan hanya dalam kemewahan dan gemerlap. Pada kesederhanaan yang tulus, bahagia pun dapat hadir. Seperti dalam tradisi among-among.

Catatan : menurut cerita ayahku, hingga kini masih ada sebagian orang yang mengadakan tradisi tersebut, meski tidak sebanyak dulu.


No comments:

Post a Comment