Pada dasarnya, anak belum
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga mereka akan lebih
memilih pendapat yang sesuai dengan keinginannya. Sebagai contoh, Ani ingin
membeli es krim, tetapi dilarang oleh ibunya. Sang Ibu takut Ani batuk kalau
minum es. Namun sang Ayah membantah, katanya “Biarkan saja Ani beli es krim
sesekali, Bu.”. Dengan kondisi yang demikian, tentu Ani akan cenderung
mengikuti ucapan sang Ayah. Dampaknya, anak akan lebih menghargai salah satu
orang tuanya. Selain itu, perbedaan ini dapat membuat anak bingung, tidak dapat
mengambil keputusan yang bertanggung jawab, anak tak siap menerima akibat dari
tindakannya karena selalu ada pembenaran dan buah hati kita pun jadi
membangkang pada orang tua.
Tetap harus kompak di depan anak
Dalam hal yang menyangkut aturan
yang berkaitan dengan anak, orang tua tidak boleh berbeda pendapat di depan
anak. Jika masih ada perdebatan antara Ayah dan Ibu, sebaiknya bicarakan dulu.
Apabila sudah ada kesepakatan barulah berbicara pada anak. Tidak apa-apa jika
menunjukkan ketidaksetujuan dalam hal keseharian. Misalnya Ayah dan Ibu berbeda
pendapat dalam memilih suatu barang. Libatkan anak dalam diskusi hingga didapat
solusi. Konflik seperti ini bukan membuat anak bingung, justru mendidik mereka.
Beri teladan
Kadang orang tua mati-matian
melarang anaknya melakukan hal yang buruk tanpa memberi teladan kepada mereka.
Dalam suatu kasus, dimana sang Ayah perokok berat. Ketika anaknya yang masih
duduk di bangku sekolah dasar merokok, ia marah besar. Ayah terus menerus
memarahi sang anak yang sudah memiliki kebiasaan merokok. Ingat! Anak adalah
peniru ulung. Mustahil meminta anak tidak merokok, padahal ayahnya perokok
berat!
Orang tua tidak dituntut untuk
sempurna. Hanya, mau tidak mau orang tua harus menjadi shalih supaya bisa jadi
suri teladan bagi sang anak. Lalu bagaimana jika sang Ayah tidak bisa selalu
bersama anaknya karena harus bekerja di luar kota? Apakah kemudian kesempatan
Ayah memberi teladan pada anak hilang? Tentu tidak! Kuncinya kekompakan Ayah
dan Ibu. Untuk tetap bisa menghadirkan sosok Ayah, tugas Ibu adalah
sering-sering menceritakan kebiasaan baik sang Ayah yang patut ditiru anak.
Dengan demikian walau secara fisik tak ada, teladan Ayah akan terus melekat
pada buah hati. Begitupun sebaliknya (apabila sosok Ibu yang bekerja). Jangan
sekedar berucap, kompaklah beri keteladanan pada buah hati.
Sumber : Majalah Ummi, edisi
Oktober 2012.
No comments:
Post a Comment