Rumah tetangga baik hati yang ada pohon mangganya ^^ |
Tahun ini kami sekeluarga tidak pulang
kampung. Jadi seperti tahun sebelumnya, aku memesan 1 ekor ayam segar pada Ibu
Warung untuk bahan membuat hidangan idul fitri. Cukup 1 ekor, bisa diolah menjadi
bermacam masakan. Opor ayam, rendang ayam, ayam goreng, gulai ayam, hehe …. Kok
ayamnya sedikit, sih? Untuk aku, suami, dan buah hati yang masih berusia 1,5
tahun, itu termasuk porsi besar. Kalau hidangan lebaran habis, tinggal menunggu
Mang Bakso lewat (berharap Mang Bakso tidak mudik hihi). Ibu Warung selalu
mencatat semua pesanan sebelum belanja keperluan lebaran.
Akhirnya tiba saatnya mengambil pesanan.
Wah, sudah terbayang kalau dapat ayamnya, akan langsung ubek-ubek dapur. Kulihat
di bak hitam dekat meja sayuran, ada beberapa kantong plastik hitam dan putih.
Biasanya, sih, itu tempat menaruh ayam. Kemudian aku buka satu kantong, dan
benar saja isinya daging ayam. Ketika hendak mengambil satu kantong ayam, Ibu Warung
langsung berteriak
“Mbak, itu dua ekor ayam pesanan orang!
Yang punya Mbak di sebelahnya,” telunjuk Ibu Warung mengarah ke kantong plastik
putih di samping kantong berisi dua ayam tadi.
“Ini, kan, Bu?” aku memastikan.
Ibu Warung yang telah dikerumuni oleh
mak-mak yang tengah belanja cuma mengangguk. Ayamnya masih dalam bentuk utuh
alias belum dipotong-potong. Suami kerja, repot kalau harus potong-potong ayam
sendiri, pikirku. Akhirnya kuputuskan minta tolong Bapak Warung untuk memotongkan ayamnya. Pisau tajam
berayun membelah si ayam yang secepat kilat sudah terbagi jadi beberapa
potongan.
“Mbak, ini hati ampela sekalian dipotong?”
tanya Bapak Warung.
Keningku berkerut, hati ampela? Apa
kemarin sempat pesan itu juga, ya? Aku mengangguk tanda setuju sembari berusaha
mengingat. Catatan, ya, aku orangnya pelupa banget. Piss …. Aku pun menaruh
ayam serta hati ampela ke timbangan dan bersiap membayar.
“Eiittt … ini bukan ayam pesanan Mbak! Lihat,
tuh, ada hati ampelanya. Ini pesanan orang lain!” ujar Ibu Warung tiba-tiba.
“Ya, Bu, saya juga agak bingung. Itu ada
hati ampelanya. Saya pikir memang saya yang lupa pernah pesan hati ampela. Tadi
Ibu bilang ini ayam pesanan saya, kan?” jelasku.
“Ya, ayam pesanan Mbak tadi ada di bak.
Kok bisa hilang, ya? Duhh … tuh ayam kemana?” dengan panik, Ibu Warung mulai
membongkar freezernya. Ikan-ikan keluar, udang mental, sotong disisihkan.
Alhasil tidak ketemu. Ayam segar pesananku hilang! Mau cari ayam segar di
tempat lain, lokasinya jauh. Terlebih esok hari sudah lebaran.
Alamaaak, tidaaaak! Hatiku jungkir balik
*lebay. Hmm … tapi nasi telah menjadi bubur. Yang hilang tidak akan kembali.
Aku mempersiapkan hati untuk memberitahu suami dan berlebaran tanpa menu khas
berbahan dasar ayam. Bye opor dan
kawan-kawan …. Ah, makan ketupat
ditambah sambal goreng kentang pun sedap juga, batinku menghibur diri.
“Yah, Mbak, maaf, tadi sudah saya taruh di
bak, tapi nggak tahu kenapa bisa hilang. Yang sisa tinggal ayam es,” kata Ibu
Warung.
Daripada tidak jadi masak ayam, aku putuskan
untuk membeli ayam es tersebut. Lumayan …. Masalah ayam dan hati ampela yang
tadi sudah dipotong itu … kata Ibu Warung merupakan pesanan tetanggaku, Kak
Melly.
Pulang dari warung, aku mampir ke rumah
Kak Melly untuk meminta maaf karena memotong ayam dan hati ampelanya tanpa
izin. Aku pun menceritakan kejadian lengkapnya.
“Duhh … padahal maunya nggak dipotong,
mau dibikin ayam bakar utuh. Tapi … nggak apa-apa. Ayam bakar mungil-mungil pun
enak hehe ….”
Aku menghela napas, tertunduk, senyum
kecut, malu …. Untung punya tetangga baik dan pengertian. Terima kasih, Kak
Melly.
Lebaran pertama Raisya di luar perut ibu hehe .... |
Tetap ceria, walau nggak mudik ^^ |
Yang tersisa setelah idul fitri berlalu ^^ |
No comments:
Post a Comment