Tuesday 18 August 2015

Naskah 'Buangan' yang Dimuat di Kompas

Siang itu tanggal 22 Agustus 2014, tepat pukul 13.05, saya menerima pesan singkat dari Ayah. Membaca pesan itu, saya langsung menghela napas dalam. Lalu corat-coret buku tulis yang kebetulan
ada di dekat saya. Sedih, dikit. Kecewa, dikit. Hehehe .... Naskah cerpen anak yang saya kirim ke Kompas sekitar empat bulan yang lalu itu dikembalikan. Cerpen pertama berjudul Mundu dengan alasan gaya bahasanya terlalu dewasa untuk anak-anak dan naskah kedua berjudul Berteman dengan Bintang kata Om Kompas, sih, tema cerita yang sama sudah pernah dimuat. Catatan: saya menggunakan alamat orang tua saya, jadi surat penolakannya terkirim ke sana. Saya di rantau *siapa yang tanya? Hehe ..... Piss!

Ini kesekian kalinya saya mengirim cernak ke Kompas. Tapi selalu dapat surat cinta yang membuat saya patah hati. Kemudian saya mulai memutar otak. Mau diapakan, ya, naskah ini? Dan ... pikiran saya tertuju ke naskah cernak pertama (Mundu). Gaya bahasa terlalu dewasa? Ah, masih bisa saya revisi! Kalau cernak kedua (Berteman dengan Bintang) sudah jelas tidak ada harapan karena temanya yang pasaran. Dari situlah saya bertekad untuk mempercantik si Mundu agar bisa menarik perhatian Om Kompas. Awalnya saya baca lebih dulu cernak-cernak di majalah anak yang mejeng di perpus mini saya. Tujuannya supaya dapat feel anak-anaknya. Berharap setelah dapat rasa anak-anak, saya dapat mengedit cernak saya agar layak dibaca oleh anak.

Setelah baca sana, baca sini. Bongkar majalah satu, lompat ke majalah yang lain. Akhirnya saya mulai membaca kembali naskah cernak yang dikembalikan Kompas itu. Olee ... oleee ... memang benar! Beberapa kalimat, bahasanya kurang menganak dan ada juga kalimat yang kurang efektif.

Singkat cerita, saya pun mengedit cernak itu. Kemudian saya peram beberapa hari. Lalu cek lagi. Peram sekali lagi. Cek akhir. Finish. Saya sudah mantap untuk mengirim kembali cernak itu ke Kompas. Diawali ucapan "Bismillah" pada tanggal 10 September 2014, si Mundu terkirim (lagi). Subjek email yang saya pakai adalah : Cerpen anak - Mundu (revisi). Berharap semoga naskah editan ini bisa bertengger di Kompas.

Musim duren, berganti musim rambutan. Selanjutnya musim mangga. Pohon mangga di depan rumah sudah berlimpah buah sampai banyak yang jatuh karena angin. Senin pagi, 1 Juni 2015, saya buka facebook. Biasanya sepi inbox, kok hari itu ada dua pesan. Satu dari penulis senior kece Pakde Bambang Irwanto dan yang satunya dari teman penulis keren, Mbak Karunia Sylviani. Keduanya memberi kabar gembira. Cerpen anak karya saya, Mundu, dimuat Kompas, tanggal 31 Mei 2015. Alhamdulillah .... Akhirnya berhasil!

Sayangnya saya tidak bisa melihat penampakan cerpen itu karena kehabisan korannya.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan terus semangat menulis!

No comments:

Post a Comment