Monday 24 August 2015

Panggul Kecil Bukan Halangan Untuk Melahirkan Normal

Ini kehamilan petama saya. Usia kandungan sudah 4 bulan. Rajin cek ke bidan, juga kontrol ke dokter kandungan. Beberapa kali cek tidak ada masalah. Kandungan saya sehat. Alhamdulillah. Saya tidak pantang makan. Tidak juga makan berlebihan. Yang orang bilang tentang wanita hamil harus makan porsi dobel, ternyata tidak benar. Yang benar, harus makan dengan gizi seimbang. Buah, sayur, karbohidrat, dll. Tanpa berlebihan.


Saya juga tidak ngidam yang aneh-aneh. Suami saya kerja, kasihan kalau sesampai di rumah harus memenuhi segala macam keinginan istrinya. Misalnya : makan rambutan *padahal sedang tidak musim, minum cendol pakde *yang jaraknya 2 jam dari rumah, atau ngelus pipi artis terkenal *di mana cari artisnya? Hehehe ... bercanda!

Memasuki usia kandungan 39 minggu, saya masih adem ayem. Belum ada tanda-tanda kontraksi. Jumat pagi kontrol ke dokter kandungan. Bu dokter merasa aneh karena saya belum merasakan kontraksi palsu, yang biasanya sudah dirasakan ibu hamil trimester akhir. Dokter pun melakukan pemeriksaan dalam. Seketika raut wajahnya berubah. Sepertinya ada kabar kurang baik. Kemudian dokter berkata kalau janin yang seharusnya sudah masuk panggul ternyata belum masuk, masih jauh. Menurut dokter juga, janin saya besar sementara panggul saya kecil. Air ketuban pun kian berkurang. padahal ketuban adalah oksigen bagi bayi dalam kandungan. Dokter menyarankan saya banyak minum, makan buah yang mengandung air seperti semangka dan pir, tak lupa posisi sujud serta terus jalan pagi agar kepala bayi cepat masuk rongga panggul. Saya juga terus berdoa sepenuh hati dan tetap percaya Allah akan memberi yang terbaik untuk saya. Selanjutnya, dokter meminta saya kembali seminggu lagi untuk melihat perkembangannya. Singkat cerita, saya sudah melakukan semua saran dokter. Ketika cek lagi, bayi saya masih belum turun ke rongga panggul. Seketika saya drop, sedih .... Saya masih ingin lahiran normal. Karena kandungan saya sudah lewat minggu, dokter memberi pilihan. Secar atau induksi. Saya dan suami belum bisa mengambil keputusan saat itu, Maka kami memutuskan untuk pulang dan menenangkan diri lebih dulu.

Akhirnya kami menelpon orang tua (Ibu) untuk meminta pertimbangan. Beliau menyarankan kami menunggu saja. Kata beliau, biarkan sampai tanda-tanda kelahiran datang dan bayi lahir dengan sendirinya. Disatu sisi kami merasa ucapan Ibu ada benarnya, tetapi membayangkan resiko yang dokter bilang tentang kehamilan yang lewat minggunya, membuat saya dan suami (lagi-lagi galau). Dan ... kami pun sepakat untuk kontrol ke dokter kandungan lain. Jumat sore, kami datang ke sebuah rumah sakit bersalin di mana ada dokter kandungan yang praktek. Tiba giliran saya, dokter langsung memeriksa perut saya. Ajaib! Katanya kepala bayi saya sudah masuk panggul! Alhamdulillah .... Saya dan suami berkaca-kaca. Dan keesokan harinya (Sabtu), saya merasakan kontraksi sejak siang. Namun baru keluar darah pukul 20.30. Dengan motor, saya dan suami tancap gas ke rumah bersalin terdekat. Sampai di sana sudah bukaan 8. dan pukul 21.15, anak pertama kami lahir dengan normal. Perempuan, beratnya 3.8 kg dan panjang 51 cm.

Dengan doa disertai usaha yang sungguh-sungguh, tak ada yang mustahil bagi-Nya. Pasrahkan semuanya pada Allah, dengan keyakinan sepenuh hati bahwa Allah selalu memberi yang terbaik bagi hamba-Nya.

Semoga tulisan ini bermanfaat ....

1 comment: